Sabtu, 27 September 2014

akhirnya ku temu jua

aku jadi rindu pada yang telah lama perginya.  tatkala aku terluka, aku sering menyendiri menilai rasa yang tertinggal.  ketika aku cuba bangun dengan rasa kasih ini, aku tersandung pada kejujuran yang palsu dipertontonkan.  manusia dengan bangga menghampar ilusi maya.  mencoret tinta luka di jendela hati dan pergi dengan sinis.

selama mana hati bertahan .............menampung sebak bertubi. Tuhan....andai hati ini kaca , pasti jiwa ini kecainya berdarah tertusuk sembilu tajam.  tapi tak terlihat di nyata.  kerna maya mempermain rasa.

ketika aku cuba berdiri di sisi, sedarku menepuk dada....berdiri aku tak setinggi mana, dudukku tak mencecah kaki ke lantai nyata.  

insan itu menjual rasa berulang. menjemput kesinisan. menjaja senyuman. mengheret kebencian.
aku di sini sama seperti dulu.  umpama hamparan buruk yang di tinggal.  tak mampu menyeri rumah.
namun............di sebalik rasa yang terkunci, dendamku tak menjadi.  aku tak mampu berpaling dengan nista.  kerna aku tidak terlahir untuk membenci.

kini aku berdiam dalam seribu kata tanpa penjelasan.  merenung jauh tinggalan kenangan. berharap ia pergi dengan terbitnya mentari esok hari.  tapi aku pasti, ia tak ada akhirnya lagi..............

melankoli hati

ketika bintang itu menjauh
cahaya di bumi terlindung 
kelam malam memenjara diri
dalam sepi berteman rindu

tertawa bulan menghindar jauh
seolah sindiran menarik indahnya
diusung rasa bertiangkan hiba
tanpa titik maya yang nyata

pasir di bumi ditertawakan
diinjak dendam bertubi
dibenam luka tanpa penawar
terhumban di perut bumi

kamu tersenyum sinis
setoleh merenung 
kamu yang menghulur salam tika itu
kamu juga yang merentap rasa
terainaya tak terlihat
bukan gurisan luka
bukan dendam membara
tapi kekosongan yang dirasa
umpama diisi tuba
dengan bahasa sopan tak terduga
siapa sebenar kamu..............
 

Selasa, 23 September 2014

di sebalik lontaran tinta

aku sentiasa melihat tawa dan tangis di matanya.  ada sisipan hiba terkunci, tak terlerai dek tawa.
aku sentiasa berpusing menoleh, ada bebayang kelam mengekori.
dan ada ketika
bila tertores luka dijangka, aku menghela nafas berbau kecewa
tapi bukan sesalan bertimpa
tapi bukan juga  esakan bergumpal
bendindingkan hati yang tersisa cekal
berlantaikan sabar yang berjongkang jongkit
beratapkan iman yang selaut di raih

muzik itu alunannya berseni
kiasan itu pelangi yang mencuri pandang
melodi hati berentakkan emosi
kalut menenangkan jiwa bersalju

ku titip sejuta rindu tak bernada
ku titip selaut kasih tak bertebing
ku titip sedingin bayu menjemput hadirmu

di balik tabir mengurung diri
di balik kemilau neon menerangi
lorong2 hati yang kelam tak berpenghuni

ku terjah rasa tak pasti
ku lontar  memori itu
berbalik pulang padaku

katanya.....
di bawa pesan rindu
di bawa pesan berlagu
kau mawarku
setialah menunggu
 

Isnin, 1 September 2014

bila si camar hilang

cuma ada seraut wajah
bercerita tentang resah
terdampar di muara
jauh dari hiruk pikuk
hilai tawa mengilai

yang ditiup hembusan bayu
sekadar keringat terpercik
berbutir di dahi
mengelap ejekan nurani
tangis sang puteri

camar yang hilang tak kelihatan lagi
di langit terang si suluh mentari
sang kejora menanti
menyorong diri
namun si camar pergi

kekek ketawa terhenti
kala langit memberi isyaratnya
camar hilang dalam kelam awan
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...