Jumaat, 29 Julai 2011

DARA DI BIBIR SENJA



Dalam diam lagu tari hati itu semakin menjadi siulan. Entah kenapa lakaran liriknya bagai menepati rasa bermadah. Ku susun melodinya dari awal, ku gubah dan olah hingga siulannya mendapat tempat di hati.

Selembar kertas putih itu menyerah diri bagai terhampar menanti lukisannya. Aku masih di bangku.....merenung luas lautan di mata. Ada kebahagiaan tergambar. Seorang dara di pinggir kota, mengukir sekuntum senyum tatkala senja melabuhkan tirainya.

Dalam hati ada taman, dalam taman ada bunga..... cuma mawar desa yang mekar segar mewangi taman hati, menjemput resah mengundang rindu membelai sepi tatkala cinta menggigit diri. Pelangi petang makin hilang di sebalik cahaya rembulan. Riak bahagia tetap tak lekang dari sinar mata yang menawan itu. Teralpakah diri menjengah sepi yang bertamu?

Ku lihat sepasang mata itu melontar cinta paling tulus. Apakah egoisnya ia menafikan resah yang bersarang? Resah yang datang bersama cinta. Kerana cintanya berbagi dua.......miliki kasih beratus batu jauhnya......menyulam rasa di hadapan mata. Terjeratkah perasaan si dara yang kehausan? Atau mabukkah si dara di lambung badai cinta yang tiada kepastian.

Siulan itu terus berlagu......semakin hilang di telan senja. Dan tatkala bulan menghadirkan diri, sang matahari berkata, ku simpan sejenak bayangku di tabir megamu. Ku pinjamkan cahayaku padamu kiranya kau dapat menerangi malam ini dengan cahaya cinta paling indah buatnya.

Aku berlalu mencapai lembaran kertas yang telah aku lakarkan. Seorang dara dengan cintanya menanti kepastian dalam CINTA.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...