Isnin, 18 Julai 2011

PONDOK USANG TEPIAN SUNGAI

Di pandang usang sudah binaannya. Pasti usianya seusia aku. Tapi ia masih kekal di situ. Setia pada tebing yang menemani sungai ini. Indahnya kiasan antara sungai dan tepian.....

Wajah tua termanggu mencecah kakinya di bibir air. Kesayup matanya memandang arus. Si tua tersenyum hambar dalam resah memaut rindu. Bingkas bangun menuju ke pondok usang. Mencapai selembar kertas dan sebatang pensil.

Laju sekali pena berlari . Baris demi baris di tulis, si tua tetap di situ. Tak berinjak dari busut tua yang setia menjadi temannya. Khusuknya si tua dengan kalamnya. Tertanya hatiku apakah isinya.

Ku dekati wajah lesu si tua itu. Salam ku beri bersambut mesra. Dihulur lembaran tanpaku pinta. "Kamu pasti ingin membacanya kerana sedari tadi pakcik melihat kamu terpaku di sana." Dengan senyum ku ambil tanpa bicara. Ku hayati bait-bait tulisannya. Ada lakaran wajah yang tak ku kenal. Lantas ku tanya siapa gerangan.

"Dia lah cinta pakcik sejak 40 tahun yang lalu dan masih segar cintanya. Dialah kekasih awal dan akhir pakcik. Sudah 20 tahun dia pergi menyahut panggillan Illahi. Dan di sinilah kami bertemu dulu dan setiap kali rindu padanya datang di sinilah pakcik bertandang."

Sambil tersenyum aku bingkas bangun. Tak sanggup untuk ku teruskan persoalan. Bimbang ada hati yang terguris. Lalu ku tinggalkan si tua itu dengan rindunya dan ku renung mentari yang ingin bermalam....setianya si tua dengan cintanya dan busut tua itu juga setia menemaninya sehingga kini. Indahnya lukisan cintanya seindah cahaya bulan yang menanti ....

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...